A.
PENGERTIAN
Keracunan
makanan adalah sebuah peristiwa dimana seseorang telah mengkonsumi suatu
makanan yang tercemar oleh racun. Keracunan dapat disebut sebagai penyakit
bawaan makanan. Racun yang muncul dapat terjadi karena memang makanannya yang
mengandung bahan beracun atau tercemar kontaminasi racun dari luar. (Ridwanaz,
2012)
Keracunan
makanan adalah kondisi yang muncul akibat mengonsumsi makanan yang telah
terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit.
Selain itu bisa karena racun yang mereka keluarkan di makanan. Kontaminasi
dapat terjadi saat makanan sedang diproses atau dimasak dengan tidak benar.
Keracunan makanan kaleng
adalah kondisi dimana bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan
oleh bakteri penyakit.
Keracunan
makanan adalah timbulnya penyakit yang terjadi setelah mengkonsumsi makanan
yang mengandung racun, bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan
dan bakter. Pada dasarnya racun tersebut merusak semua organ tubuh manusia,
tetapi paling sering terganggu adalah sistem pencernaan dan persyarafan.(
arisman, 2008).
B. Kandungan Zat Makanan Kaleng
Berikut
adalah beberapa zat yang terkandung dalam makanan kaleng (Kompas, 2014).
1. Botulinum
Makanan kaleng harus diwaspadai akan tumbuhnya
bakteri clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan. Bakteri ini
menghasilkan racun botulin yang jika tertelan bersama makanan akan penyebab
keracunan karena bakteri bersifat obligat anaerob, pembentuk spora, Gram
positif. Botulin bersifat neurotoksin, dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan
kematian. Toksin botulin tidak tahan pemanasan, untuk inaktivasi toksin tipe A
perlu 5 – 6 menit pada 80 oC dan Tipe B 15 menit pada 90 oC.
Untuk menghindari keracunan botulism, makanan kaleng yang potensial mengandung
botulin sebaiknya didihkan selama 15 menit sebelum dikonsumsi.
2.
Nitrat
Zat ini biasa
digunakan untuk mempertahankan warna dan aroma pada daging, ikan, berserta
produk olahannya. Penelitian Harvard pada tahun 2010 membuktikan 1,8 ounce
asupan daging olahan per hari dapat meningkatkan risiko serangan jantung hingga
42 persen dan penyakit diabetes tipe 2 hingga 19 persen. Pada riset ini
menggunakan hewan, peneliti membuktikan nitrat mengakibatkan pengerasan
pembuluh darah dan menurunkan toleransi pada gula. Menurut American Cancer
Society, nitrat juga diketahui sebagai penyebab kanker pada hewan. Meski
begitu, dampak buruk belum diketahui pasti apakah juga terjadi pada manusia.
Guna menurunkan
risiko terkena penyakit tersebut, sebaiknya hindari terlalu sering mengkonsumsi
daging olahan seperti sosis, bacon, burger dan sejenisnya. Peneliti
Harvard menyarankan, batasi konsumsi daging olahan cukup sekali seminggu untuk
meminimalkan risiko.
3.
Merkuri
Ketakutan pada
merkuri menyebabkan banyak orang menolak konsumsi ikan laut. Padahal dengan
kandungan asam lemak omega 3, hidangan ikan tidak layak dilewatkan.
Pemerintah Amerika bahkan mengeluarkan peringatan pada kelompok berisiko, misalnya wanita hamil, menyusui, dan anak, untuk menghindari beberapa jenis ikan dengan kadar merkuri tinggi.
Pemerintah Amerika bahkan mengeluarkan peringatan pada kelompok berisiko, misalnya wanita hamil, menyusui, dan anak, untuk menghindari beberapa jenis ikan dengan kadar merkuri tinggi.
Keracunan
merkuri mengakibatkan kebingungan, minim koordinasi gerakan, berkunang-kunang,
lemah otot, dan mengganggu perkembangan saraf pada anak. Environmental
Protection Agency (EPA) memperingatkan, "Derajat paparan merkuri
bergantung pada jumlah dan jenis ikan yang dimakan. Kunci penting kesehatan per
individu bergantung pada pola konsumsinya masing-masing."
4.
Bisphenol
A (BPA)
BPA ditemukan
dalam makanan kaleng dan berwadah plastik. Biasanya orang terkespos BPA melalui
pola makan. BPA bisa bercampur pada makanan dan minuman, saat wadah tersebut
dipanaskan.
Menurut National
Institute of Environmental Health Sciences, BPA merupakan pengganggu endokrin
dan berperan penting dalam mengganggu keseimbangan hormon, hingga menyebabkan
kanker payudara dan prostat. BPA juga berperan dalam jumlah sperma yang rendah,
masalah tingkah laku, obesitas, diabetes tipe 2, dan daya tahan tubuh yang
lemah.
Menurut
toksikologis Patricia Rosen, BPA menimbulkan ancaman kecil dalam jumlah
sedikit. Namun paparan yang terus menerus akan meningkatkan faktor risiko.
Sebagai pencegahan, Rosen menyarankan untuk membatasi konsumsi makanan kalengan
dan tidak memanaskan hidangan dalam wadah plastik.
5.
Arsenik
Di Amerika,
arsenik ditemukan secara alami dalam air tanah. Ketika arsenik anorganik dalam
jumlah cukup besar masuk ke dalam air atau tanah pertanian, maka air yang
diminum dan tanaman yang dihasilkan berbahaya bila dikonsumsi. Menurut juru
bicara American Academy of Nutrition and Dietetics, Heather Mangieri, arsenik
dalam air sejauh ini belum menimbulkan masalah. Biasanya arsenik juga terbawa
pada makanan atau minuman dan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan
waktu lama ia dapat menyebabkan kanker
6.
Pewarna
buatan
Riset yang
dipublikasikan The Lancet pada November 2007 menemukan adanya
"efek yang merugikan" pada anak usia 3, 8, dan 9 tahun dari minuman
serta makanan yang menggunakan pewarna buatan. Riset yang dilakukan peneliti
asal Southampton University ini menemukan, kecanduan pewarna buatan
meningkatkan hiperaktivitas pada anak.
Sebuah meta-analysis yang diterbitkan American Academy of Child and Adolescent Psychology pada Januari 2012 juga menemukan adanya hubungan, antara pewarna buatan dengan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Riset tersebut memperkirakan 8 persen anak dengan ADHD memiliki gejala yang berhubungan dengan pewarna makanan.
Sebuah meta-analysis yang diterbitkan American Academy of Child and Adolescent Psychology pada Januari 2012 juga menemukan adanya hubungan, antara pewarna buatan dengan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Riset tersebut memperkirakan 8 persen anak dengan ADHD memiliki gejala yang berhubungan dengan pewarna makanan.
7.
Pemanis buatan
Sama seperti pewarna buatan,
pemanis buatan ini mengandung aneka bahan berbahaya seperti aspartame,
sucralose, saccharin, dan acesulfame potassium yang bisa mempengaruhi
kesehatan.
8. BHA
BHA atau juga disebut Butylated
hydroxyanisole biasa digunakan untuk menstabilkan rasa dan membuatnya lebih
awet. Environmental Working Group mengategorikan bahan ini sebagai bahan yang
sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kanker.
C.
Tanda
dan Gejala Keracunan Makanan Kaleng
Tanda dan gejala keracunan makanan kaleng
1.
Gejala dimulai
18-24 jam setelah makan makanan beracun.
- Gangguan penglihatan (inkoordinasi otot-otot mata, penglihatan ganda)
- Ketidak mampuan menelan
- Kesulitan bicara
- Tanda-tanda paralisis bulber (bulber paralisis)
- Berjalan progresif.
- Kematian karena paralisis pernafasan atau berhentinya jantung
- Gejala GIT tidak menonjol
- Tidak ada demam
- Lelah, lesu, dan vertigo
- Mulut kering, mata sayu
- Diare, nyeri perut,
D.
Komplikasi keracunan makanan kaleng menurut
Ary tahun 2014
1. Tingkat
Kesadaran pasien
Tingkat Kesadaran merupakan petunjuk penting untuk
mengetahui beratnya keracunan yang dialami oleh penderita. Derajat tingkat
keracunan didalam toksikologi dibagi dalam beberapa tingkat berdasarkan
kesadaran pasien :
·
Keracunan Tingkat 1 :
Penderita mengantuk tetapi masih sadar dan mudah di ajak berbicara
·
Keracunan Tingkat 2 :
Penderita dalam keadaan sopor, tetapi dapat dibangunkan dengan rangsangan
minimal seperti panggilan atau digoyangkan lengannya.
·
Keracunan Tingkat 3 :
Penderita dalam keadaan soporkoma dan hanya bereaksi terhadap rangsangan
maksimal seperti dengan menggosok tulang dada dengan keras menggunakan kepalan
tangan.
·
Keracunan Tingkat 4 :
Penderita dalam keadaan koma dan tidak ada reaksi sedikitpun terhadap
rangsangan seperti diatas. ini merupakan tingkat yang lebih parah dan mengancam
keselamatan jiwa.
2.
Gejala Respirasi penderita keracunan/apneu
Pada banyak kasus keracunan
seringkali adanya hambatan pada jalan nafas yang dapat menyebabkan kematian,
ini merupakan hal yang wajib dan salah satu cara menolong orang keracunan yaitu dengan memastikan jalan nafas
tetap terbuka dan bersihkan/ keluarkan / bebaskan jalan nafas nya jika memang
ada hambatan.
3.
Tekanan darah dan jantung/henti
jantung
Syok terjadi karena depresi dan
berkurangnya curah jantung dan terkadang berhentinya denyut jantung
4.
Sebagian penderita keracunan
mengalami kejang
Kejang ini merupakan pertanda
terhadap adanya respon dari SSP atau medula spinalis atau hubungan saraf-saraf
otot. Selain itu beberapa gejala
keracunan yang lain adalah Retensio urin, Diare, Mual-muntah dan adanya
kerusakan ginjal dan hati yang dibuktikan dengan tes laboratorium.
E.
Penatalaksanaan
Penderita keracunan makanan kaleng (botulisme) harus segera
dibawa ke rumah sakit. Pengobatannya segera dilakukan meskipun belum diperoleh
hasil pemeriksaan laboratorium untuk memperkuat diagnosis.
Untuk mengeluarkan
toksin yang tidak diserap dilakukan (Terapi Sehat, 2009) :
1.
Perangsangan
muntah; mengusahakan
agar penderita muntah dengan cara menekan langit-langit tenggorokan dengan jadi
melalui mulut. Setelah muntah, beri tablet norit. Bila perlu berikan nafas
buatan.
2. Pengosongan lambung melalui lavase lambung
3. Pemberian obat pencahar untuk mempercepat pengeluaran isi
usus.
Bahaya terbesar dari
botulisme ini adalah masalah pernafasan. Tanda-tanda vital (tekanan darah,
denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu) harus diukur secara rutin. Jika gangguan
pernafasan mulai terjadi, penderita dibawa ke ruang intensif dan dapat
digunakan alat bantu pernafasan. Perawatan intensif telah mengurangi angka
kematian karena botulisme, dari 90% pada awal tahun 1900 sekarang menjadi 10%.
Mungkin pemberian makanan harus dilakukan melalui infus.
Pemberian antitoksin
tidak dapat menghentikan kerusakan, tetapi dapat memperlambat atau menghentikan
kerusakan fisik dan mental yang lebih lanjut, sehingga tubuh dapat mengadakan
perbaikan selama beberapa bulan. Antitoksin diberikan sesegera mungkin setelah
diagnosis ditegakkan. Pemberian ini pada umumnya efektif bila dilakukan dalam
waktu 72 jam setelah terjadinya gejala. Antitoksin tidak dianjurkan untuk
diberikan pada bayi.
F.
Pencegahan
Menurut Terapi Sehat tahun 2009, Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan dapat tetap hidup selama
beberapa jam pada proses perebusan. Tetapi toksinnya dapat hancur dengan
pemanasan, Karena itu memasak makanan pada suhu 80° Celsius selama 30 menit, bisa
mencegah foodborne botulism. Memasak
makanan sebelum memakannya, hampir selalu dapat mencegah terjadinya foodborne
botulism. Tetapi makanan yang tidak dimasak dengan sempurna, bisa menyebabkan
botulisme jika disimpan setelah dimasak, karena bakteri dapat menghasilkan
toksin pada suhu di bawah 3° Celsius (suhu lemari pendingin).
Penting untuk memanaskan makanan kaleng
sebelum disajikan. Makanan kaleng yang sudah rusak bisa mematikan dan harus
dibuang. Bila kalengnya penyok atau bocor, harus segera dibuang.Anak-anak
dibawah 1 tahun sebaiknya jangan diberi madu karena mungkin ada spora di
dalamnya. Toksin yang masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui saluran
pencernaan, udara maupun penyerapan melalui mata atau luka di kulit, bisa
menyebabkan penyakit yang serius. Karena itu, makanan yang mungkin sudah
tercemar, sebaiknya segera dibuang. Hindari kontak
kulit dengan penderita dan selalu mencuci tangan segera setelah mengolah
makanan (medicastore)
0 komentar:
Posting Komentar