Menstruasi merupakan suatu siklus yang akan
dialami setiap wanita yang telah memasuki masa pubertas. Menurut Root dalam
Hurlock tahun 2004 pubertas merrupakan suatu tahap perkembangan dimana terjadi kematangan alat - alat seksual
dan tercapai kemampuan reproduksi. Pada kondisi tersebut organ kelamin telah mampu menghasilkan
sel telur di dalam indung telur (ovarium). Selain itu juga akan mengalami
menstruasi yang pertama kali. Menstruasi ialah perdarahan yang terjadi secara
periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo,
2007).
Berikut
adalah siklus terjadinya menstruasi menurut Manuaba dkk tahun 2009:
1.
Fase Poliferasi atau Folikular
Perkembangan
fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus –
hipofisis – ovarium. Panca indra menerima rangsang yang akan diteruskan ke
pusat dan diolah di hipotalamus melalui sistem portal. Di sini hipotalamus
terangsang untuk melepaskan ginadotropin
releasing hormone (GnRH). Hormon ini akan menstimulus hipofisis untuk
mensekresi luteinizing hormone (LH)
yang berperan dalam merangsang indung telur dan follicle stimulating hormon
(FSH) yang kemudian menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium. Folikel ini
dominan menghasilkan estrogen yang merangsang pertumbuhan endometrium.
Pada
permulaan menstruasi (manarke), hormon estrogen lebih dominan diproduksi yaitu
pada usia 12 – 13 tahun untuk pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder (pertumbuhan
rambut, pembesaran payudara, penimbunan lemak biasanya di daerah bokong dan
payudara). Hal tersebut menyebabkan pada permulaan menstruasi terjadi secara
tidak teratur karena bentuk menstruasinya anovulatoir (tanpa pelepasan sel
telur). Setelah menginjak usia 17 – 18 tahun menstruasi terjadi secara teratur
dengan interval 26 – 32 hari.
Pada proses
menstruasi dengan ovulasi, hormon estrogen yang dihasilkan makin meningkat
menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan
(poliferasi). Peningkatan estrogen menekan pengeluaran FSH namun merangsang LH
yang mengakibatkan folikel Graaf yang telah dewasa terangsang untuk melepaskan
telur (proses ovulasi). Sel telur akan ditangkap rumbai pada tubafallopii dan
dibungkus oleh korona rediata yang akan memberi nutrisi selama 48 jam.
2.
Fase Luteal atau Sekresi
Folikel
Graaf yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum akan segera berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum ini mensekresi sedikit estrogen dan banyak progesteron.
Kerja progesteron berlawanan dengan estrogen, yaitu menghambat proliferasi.
Dalam kondisi tersebut dinding rahim, pembuluh darah makin dominan dan
mengeluarkan cairan. Jika tidak terjadi pertemuan antara sperma dan sel
telur maka korpus luteum akan mengalami
kematian. Korpus luteum hanya berumur 8 hari, sehingga setelah mati tidak dapat
mempertahankan lapisan dalam rahim karena produksi hormon estrogen dan
progesteron berkurang. Berkurangnya hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
fase vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga lapisan rahim kekurangan aliran
darah. Kemudian diikuti vasodilatasi dan pelepasan darah padal bentuk
perdarahan atau menstruasi. Pengeluaran darah berlangsung antara 3 – 7 hari
dengan jumlah darah yang keluar sekitar 50 – 60 cc tanpa bekuan darah. Hormon
estrogen yang berkurang akan merangsang pengeluaran FSH sehingga siklus akan
berulang kembali.
Gambar perubahan pada lapisan dalam rahim (endometrium)
pada siklus menstruasi.
B.
Gangguan Menstruasi
Berikut ini adalah gangguan
menstruasi yang dapat terjadi pada wanita menurut (Manuaba dkk tahun 2009):
1.
Gangguan Jumlah Darah.
Gangguan menstruaji jenis ini dibedakan
menjadi dua macam yaitu hipermenorea (menoria) dan hipomenorea.
a.
Hipermenorea
Hipermenorea ditandai dengan siklus
tetap teratur namun jumlah dalah yang dikeluarkan berlebih. Pengebabnya dapat
berupa adanya mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium, atau
hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim).
b.
Hipomenorea
Hipomenoria ditandai dengan siklus
yang tetap teratur seseai jadwal menstruasi, namun jumlah darah yang
dikeluarkan sedikit. Penyebabnya dapat berupa adanya gangguan hormonal, kurang
gizi atau karena penyakit tertentu.
2.
Kelainan Siklus Menstruasi.
a.
Polimenorea
Polimenorea adalah panjang siklus
haid yang memendek dari panjang siklus haid klasik, yaitu kurang dari 21 hari
per siklusnya, sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih
banyak dari volume perdarahan haid biasanya.
b.
Oligemenore
Oligemenore adalah panjang siklus
haid lebih panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya.
Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan haid
biasanya. Penyebabnya adalah gangguan hormonal.
c.
Amenorea
Amenorea adalah keterlambatan
menstruasi lebih dari tiga bulan berturut – turut. Umumnya menstruasi pada
wanita teratur menginjak usia 18 tahun. Amenorea terdiri atas anemoria primer
dan sekunder.
-
Amenorea Primer
Seseorang tidak mengalami menstruasi
akibat adanya kelainan anatomis alat kelamin yang telah terjadi sejak kecil
(tidak terbentuk rahim, tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal).
-
Amenorea Sekunder
Ketidakteraturan siklus menstruasi
yang ditandai dengan siklus menstruasi berhenti lebih dari tiga bulan yang
dapat disebabkan kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal,
terdapat tumor alat kelamin, atau adanya penyakit menahun.
3.
Perdarahan di Luar Haid (Metroragia)
Perdarahan ini dapat disebabkan
faktor hormonal dan kelainan anatomis.
a.
Hormonal
Perdarahan dapat terjadi karena
adanya gangguan poros hipotalamus, hipofisis atau ovarium dan rangsangan
estrogen dan progesteron dengan bentuk perdarahan yang terjadi di luar haid.
Hal ini ditandai dengan asanya bercak – bercak dan terjadi secara terus
menerus, perdarahan tersebut terjadi berkepanjangan.
b.
Kelainan Anatomis
Adanya gangguan pada alat kelamin
misal pada mutut rahim (keganasan, perlukaan atau polip), badan rahim (mioma
uteri atau tumor rahim, polip lapisan dalam rahim, keguguran, penyakit
trofoblas, keganasan), saluran telur (kehamilan tuba atau di luar kandungan,
radang, tumor tuba, keganasan).
4.
Keadaan Patologis Terkait Menstruasi
a.
Ptementrual tension
Ketegangan menjelang haid terjadi
karena adanya ketidakseimbangan produksi estrogen dan progerteron. Biasanya
terjadi pada wanita usia 30 – 40 tahun.
b.
Mastalgia
Mastalgia ditandai dengan adanya
pembengkakan dan pembesaran payudaya sebelum menstruasi akibat pemingkatan
estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam.
c.
Mittelschmerz
Mittelschmerz atau sering disebut
rasa nyeri saat menstruasi terjadi karena pecahnya folike Graaf yang disertai
perdarahan lamanya sampai 2 – 3 hari. Ini dalah waktu yang tepat untuk
melakukan konspesi karena waktu ini dapat memungkinkan terjadinya kehamilan.
d.
Disminorea
Perasaan nyerimpada waktu haid dapat
berupa kram ringan pada kemaluan sampai mengganggu aktivitas sehari hari.
-
Disminore Primer
Disminore primer terjadi tanpa
terdapat kelainan anatomis alat kelamin.
-
Disminorea Sekunder
Disminorea sekunder adalah nyeri haid yang terjadi
karena adanya kelainan anatomis yang memungkinkan haid disertai infeksi,
endometrosis, mioma uteri, polip endometrium, polip serviks, pemakaian IUD atau
AKDR.
0 komentar:
Posting Komentar