Preeklamsia adalah suatu sindroma klinik dalam kehamilan
viable (usia kehamilan > 20 minggu dan atau berat janin 500 gram) yang
ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema (Achadiat, 2004). Preeklamsia
adalah sindrom yang terdiri dari tingginya tekanan darah (hipertensi),
tingginya kadar protein dalam urin (hematoproteurea) dan banyaknya cairan yang
ditahan oleh tubuh sehingga tungkai kaki ibu hamil menjadi bengkak. Preeklamsia
umumnya terjadi pada penderita hipertensi. Seorang ibu yang pertama kali hamil
akan memiliki resiko lebih besar mengalami preeklamsia (Sinsin, 2008). Preeklamsia
adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria
(Cunningham, 2005). Preeklampsia adalah
penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang
timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum. Umumnya terjadi pada
trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy
Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan (Maryunani, dkk,
2012).
Dari
beberapa pengertian preeklamsia diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
preeklamsia merupakan suatu sindrom kehamilan, yang biasanya terjadi pada usia
kehamilan saat memasuki 20 minggu yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria
dan edema. Sindroma ini lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Menurut
Bobak, Lowdermilk, Jensen tahun 2004 aspek terpenting dari preeklamsia adalah
tanda hipertensi.
Seseorang
didiagnosa mengalami sindrom preeklamsia bila mana memenuhi beberapa kriteri
seperti hasil pengukuran tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg
dengan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali selang 4 jam . Jika tekanan darah
ibu pada trimester pertama diketahui, maka angka tersebut digunakan sebagai
acuaan tekanan darah dasar sang ibu. Menurut (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004) hipertensi
dinilai pada adanya kenaikan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih dan
kenaikan tekanan diastolik sebesar 15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar
ibu. Kriteria yang kedua, terdapat proteinuria 300 mg dam urin selama 24 jam
atau sama dengan lebih dari atau sama dengan +1 dipstick.
Preeklamsia terdiri
atas (Achadiat, 2004):
1. Preeklamsia
ringan : TD tidak > 140/90
mmHg, proteinurea+1 dan edema
minimal (biasanya pre
tibial).
2. Preeklamsia
sedang : TD sampai dengan
150/100 mmHg, proteinurea+2 dan
edema semakin jelas.
3. Preeklamsia
berat (PEB) :
a. TD
> 160 mmHg sistolik atau > 110 mmHg diastolik, meskipun sudah menjalani
tirah baring atau perawatan di rumah sakit, TD tidak turun.
b. Proteinuria+3
atau +4 (kualitatif) atau 5 g/hari (kuantitatif).
c. Oliguria,
produksi urin < 500 cc/24 jam, disertai kenaikan kadar kreatinin plasma.
d. Edema
(terutama tungkai) yang sangat jelas, biasanya pitting edema.
e. Terjadi
pertumbuhan janin intrauterin terhambat (PJT).
Adaptasi
fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah,
vasodilatasi, penurunan retensi vaskular sistemik, peningkatan curah jantung,
dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada kasus preeklamsia, volume plasma
yang beredar menurun menyebabkan hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit
maternal. Hal ini menyebabkan perfusi orhan maternal menurun, termasuk perfusi
ke unit janin – uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menyebabkan
penurunan perfusi organ dengan menghancurkan sel sel darah merah sehingga
kapasitas oksigen maternal menurun. Vasospasme arterial menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler, sehingga edema semakin meningkat dan terjadi penurunan
volume intravaskular (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). Pada konsisi kehamilan
normal akan mengalami vasodilatasi pembuluh darah namun pada preeklamsia
terjadi invasi trofoblas ke dalam spiralis karena dinding arteri cukup kaku dan
keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan terjadi distensi dan
dilatasi. Akibatnya arteri spiralis mengalami vasokonstriksi, dan terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta insufisiensi plasenta dan
hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin (Behrman,
2000).
Berikut
ini menunjukkan konsisi yang terjadi pada sistem dan organ tubuh ibu hamil
dengan preeklamsia menurut Prawirohardjo 2008 adalah:
a) Perubahan
kardiovaskular
Gangguan fungsi kardiovaskular yang
parah terjadi berkaitan dengan afterload jantung akibat hipertensi (Cunningham,
2006).
b) Ginjal
Perubahan fungsi ginjal karena
menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel glomerulus menyebabkan
peningkatan permebelitas membran basalis yang mengakibatkan kebocoran dan
proteinuria. Gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal.
c) Viskositas
darah
Vaskositas darah meningkat mengakibatkan
meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
d) Hematokrit
Hematokrit meningkat karena hipovolemia
yang menggambarkan beratnya preeklamsi.
e) Edema
Edema terjadi akibat kerusakan sel
endotel kapilar. Edema yang patologi bila terjadi pada kaki tangan/seluruh
tubuh disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
f) Hepar
Perubahan pada hepar akibat vasospasme,
iskemia, dan perdarahan. Perdarahan pada sel periportal lobus perifer
mengakibatkan nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat
meluas (subkapsular hematoma) sehingga menimbulkan nyeri pada daerah epigastrium
dan dapat menimbulkan ruptur hepar.
g) Neurologik
Nyeri kepala di sebabkan hiperfusi otak.
Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi ganguan visus.
h) Paru
Penderita preeklamsi berat mempunyai resiko
terjadinya edema paru. Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri,
kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapilar paru, dan menurunnya deuresis
Preeklamsia
hanya akan timbul pada masa hamil dan akan menghilang dengan cepat setelah
janin dan plasenta keluar. Preeklamsia berperan dalam kematian intrauterin dan
mortalitas perinatal. Penyebab utama kematian neonatus akibat preeklamsia
adalah insufisiensi plasenta dan solusio plasenta. Retradasi pertumbuhan dalam
rahim (IUGR, Intrauterine growth
retradation) juga sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita
preeklamsia (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).